Perubahan iklim, polusi, dan ketimpangan sosial menjadi isu global yang semakin mendesak. Tak heran, generasi muda—terutama Gen Z dan Milenial—kini lebih kritis dalam memilih produk, tempat kerja, bahkan instrumen investasi. Mereka tak hanya mencari keuntungan finansial, tetapi juga dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Inilah yang membuat konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) semakin populer. ESG bukan sekadar tren, melainkan kriteria utama yang menentukan keberlanjutan suatu bisnis di masa depan.
Apa Itu ESG dan Mengapa Penting?
ESG adalah kerangka penilaian yang digunakan untuk mengukur seberapa bertanggung jawab suatu perusahaan dalam tiga aspek:
- Environmental (Lingkungan) – Bagaimana perusahaan mengurangi emisi karbon, mengelola limbah, dan menjaga sumber daya alam.
- Social (Sosial) – Perlakuan terhadap karyawan, hubungan dengan komunitas, serta kontribusi pada kesetaraan dan inklusi.
- Governance (Tata Kelola) – Transparansi, etika bisnis, dan struktur kepemimpinan yang baik.
Bagi anak muda, perusahaan yang mengabaikan ESG dianggap ketinggalan zaman dan berisiko tinggi.
Anak Muda Sebagai Penggerak Utama ESG
1. Konsumen yang Lebih Kritis
Survei Nielsen menunjukkan bahwa 73% milenial bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan. Mereka juga cenderung memboikot merek yang merusak alam atau terlibat pelanggaran HAM.
2. Pilihan Investasi yang Berkelanjutan
Generasi muda lebih memilih reen investing atau investasi berbasis ESG. Data Morgan Stanley mengungkap bahwa 95% milenial tertarik pada investasi berkelanjutan.
3. Tuntutan di Dunia Kerja
Perusahaan dengan nilai ESG kuat lebih menarik bagi talenta muda. Mereka ingin bekerja di tempat yang sejalan dengan nilai personal, seperti Google, Patagonia, dan Unilever, yang dikenal dengan komitmen ESG-nya.
Dampak ESG pada Bisnis dan Pasar Modal
Karena tekanan dari konsumen dan investor, banyak perusahaan mulai mengadopsi ESG, antara lain dengan:
- Beralih ke energi terbarukan
- Menerapkan ekonomi sirkular (daur ulang & zero waste)
- Memperbaiki tata kelola perusahaan
Di pasar modal, indeks saham berbasis ESG seperti IDX30 ESG Leaders semakin diminati. Bahkan, banyak investor institusi menjadikan ESG sebagai syarat utama sebelum menanamkan modal.
Tantangan Penerapan ESG di Indonesia
Meski tren ESG meningkat, masih ada hambatan seperti:
- Regulasi yang belum ketat – Standar ESG di Indonesia masih berkembang.
- Greenwashing – Beberapa perusahaan hanya “pura-pura hijau” untuk pencitraan.
- Edukasi yang kurang – Masih banyak pelaku bisnis yang belum paham pentingnya ESG.
Namun, dengan semakin banyaknya anak muda yang vokal, tekanan untuk bisnis lebih bertanggung jawab akan terus meningkat.
Kesimpulan: ESG Bukan Hanya Tren, Tapi Kebutuhan
Generasi muda telah menjadi kekuatan pendorong utama dalam adopsi ESG. Bagi bisnis, mengabaikan ESG berarti kehilangan pelanggan, investor, dan talenta terbaik. Ke depan, perusahaan yang ingin bertahan harus benar-benar berkomitmen pada keberlanjutan—bukan sekadar gimmick pemasaran.