Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan jangka menengah (Medium-term Lending Facility/MLF) pada Mei 2025. Ini menjadi penurunan pertama dalam tujuh bulan terakhir, di tengah kekhawatiran atas lambatnya pemulihan ekonomi pasca pandemi dan tekanan deflasi yang membayangi.
Penurunan sebesar 10 basis poin menjadikan suku bunga MLF kini berada di level 2,45%. Kebijakan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah Tiongkok ingin mendorong likuiditas dan pertumbuhan kredit di tengah tekanan internal dan eksternal yang semakin kompleks.
Alasan Di Balik Penurunan Suku Bunga
Langkah ini diambil setelah rilis data ekonomi terbaru menunjukkan pelemahan sektor properti, konsumsi domestik yang masih lemah, dan pertumbuhan ekspor yang melambat. Ketidakpastian global, seperti konflik geopolitik dan perlambatan ekonomi mitra dagang utama, juga menjadi faktor pendorong keputusan ini.
Selain itu, inflasi yang rendah bahkan mendekati deflasi memberi ruang bagi PBoC untuk melonggarkan kebijakan moneternya tanpa khawatir memicu lonjakan harga.
Dampak Langsung ke Ekonomi Domestik China
Penurunan bunga acuan diharapkan akan:
- Mendorong kredit perbankan, khususnya untuk sektor properti dan infrastruktur.
- Meningkatkan daya beli masyarakat, melalui suku bunga pinjaman yang lebih rendah.
- Memperbaiki sentimen bisnis dan investasi, dengan biaya modal yang lebih murah.
Namun demikian, para ekonom menilai efeknya bisa terbatas jika tidak dibarengi dengan stimulus fiskal atau reformasi struktural lainnya.
Implikasi bagi Ekonomi Global dan Indonesia
Sebagai salah satu ekonomi terbesar dunia, kebijakan moneter China berpotensi memengaruhi pasar global, termasuk Indonesia. Berikut beberapa dampak potensialnya:
- Harga komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO bisa terdorong naik jika permintaan dari China menguat.
- Arus modal asing berpotensi masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia, seiring dengan pelonggaran kebijakan di negara maju dan China.
- Nilai tukar rupiah bisa mengalami volatilitas jangka pendek tergantung respons pasar terhadap langkah PBoC.
Kesimpulan: Strategi Hati-hati Menuju Pemulihan
Penurunan suku bunga acuan oleh China adalah langkah strategis untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global. Meski bukan satu-satunya solusi, langkah ini memperlihatkan bahwa pemerintah China siap mengambil tindakan tegas untuk menstabilkan ekonominya.
Bagi investor, pelaku usaha, dan pemerintah negara lain, penting untuk terus mencermati perkembangan kebijakan ini karena dapat membawa dampak luas bagi perekonomian dunia.