Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar Dolar Singapura (SGD) terhadap Rupiah terus merangkak naik. Setelah bertahan cukup lama di kisaran Rp 11.000an, kini SGD hampir menyentuh angka Rp 13.000. Lonjakan ini tentu memunculkan berbagai pertanyaan: apa penyebabnya, dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia?
Kebijakan Moneter Singapura
Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) menerapkan kebijakan nilai tukar sebagai instrumen utama dalam mengendalikan inflasi. Saat inflasi tinggi, MAS cenderung membiarkan nilai tukar SGD menguat. Hal ini membuat SGD lebih menarik bagi investor.
Pelemahan Rupiah
Rupiah mengalami tekanan karena kombinasi faktor global seperti kenaikan suku bunga The Fed (Amerika Serikat), ketegangan geopolitik, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia. Ketidakpastian ini membuat investor lebih memilih aset safe haven seperti Dolar Singapura.
Fundamental Ekonomi Singapura yang Kuat
Ekonomi Singapura dikenal stabil, dengan sektor jasa dan perdagangan internasional yang kuat. Hal in
Kinerja dolar Singapura yang unggul sejauh ini berpotensi segera berakhir.
Kendati dolar Singapura menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia Tenggara pada 2025, faktor-faktor seperti perlambatan inflasi dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dapat menekan nilai tukarnya.
Melansir data Refinitiv, pada awal 1 Januari 2025, dolar Singapura masih berada di kisaran Rp 11.775/SG$. Sementara pada Jumat (16/5/2025), nilainya sudah menembus Rp12.639/SG$. Artinya dalam tempo 4,5 bulan, dolar Singapura melesat lebih dari 7,34% di pasar spot.