Indonesia, sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar dunia, terus berupaya berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim global.
penawaran kredit karbon berbasis hutan kepada Jepang, negara yang aktif mencari solusi pengurangan emisi karbon.
Kredit karbon adalah mekanisme perdagangan emisi suatu negara atau perusahaan dapat membeli “kredit” untuk mengimbangi emisi karbon mereka. Hutan tropis, seperti miliki Indonesia, berperan sebagai penyerap karbon alami melalui proses fotosintesis.
Dengan menjaga dan merestorasi hutan, Indonesia dapat menghasilkan kredit karbon yang kemudian perdagangkan kepada negara-negara seperti Jepang, yang membutuhkan cara untuk memenuhi target emisi nol bersih (net-zero emission).
Jepang memiliki komitmen kuat untuk mencapai net-zero emission pada 2050. Namun, sebagai negara industri maju, Jepang masih bergantung pada bahan bakar fosil, terutama setelah penutupan PLTN pasca-Fukushima.
Dengan membeli kredit karbon dari Indonesia, Jepang dapat:
✔ Mengurangi beban emisi domestik
✔ Mendukung konservasi hutan tropis
✔ Memenuhi kewajiban internasional dalam Perjanjian Paris
Kerja sama ini tidak hanya menguntungkan Jepang, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi dan ekologis bagi Indonesia.
Meski menjanjikan, kerja sama ini memiliki beberapa tantangan, antara lain:
⚠ Transparansi dan akuntabilitas dalam pengukuran penyerapan karbon
⚠ Potensi konflik lahan dengan masyarakat adat dan petani lokal
⚠ Perlunya regulasi kuat untuk mencegah praktik greenwashing
Indonesia perlu memperkuat sistem verifikasi karbon dan memastikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar hutan. Jika berhasil, kerja sama dengan Jepang bisa menjadi model baru untuk perdagangan karbon global.
Penawaran kredit karbon berbasis hutan ke Jepang adalah langkah strategis Indonesia dalam memadukan kepentingan ekonomi dan lingkungan.